Sabtu, 03 Desember 2011

KETIKA IDEALISME MERUPAKAN ANGKER

Waktu untuk kita mendapat bukti ketika urusannya adalah cinta membuat asmara bukan lagi urusan di ruang gagasan yang mungkin telah penuh dengan bayangan-bayangan ideal. Romantika memiliki elemen dasar berupa keberanian. Di luar itu, mungkin idealisme pun hanyalah angan kosong dari sempitnya kesempatan untuk nalar.
Di Indonesia, idealisme merupakan angker di mana kesumat dan dendam membangun lingkungan. 2011. Aku sedang tidur ketika seseorang mengetuk pintu rumahku. Seperti mimpi: aku mendapat kunjungan dari luka yang mustahil aku beri suguhan cakap-cakap.
Hari sudah sore, matahari mengajukan pertanyaan tentang jual beli dalam hal kemerdekaan. Sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, tentu sudah ada perjuangan yang mustahil berlangsung tanpa pelaku perjuangan itu baik sebagai pribadi maupun dalam hubungan-hubungan solidaritas memiliki kemerdekaan dalam batas tertentu mengenai hak untuk menyatakan cita-cita.
Menjadi jelas, cita-cita tidak serta merta merupakan bagian identik dari idealisme.
Tamuku yang adalah luka membuka suara dengan erangan. Sore seperti menjadi kehilangan muka. Murung tapi ringan seperti kupu-kupu. Hukuman ini lahir dari igauan yang menjadi aturan. Ingatanku terdampar di tepian sunyi: aku bersandar di sebatang andai-andai yang telah menjadi pohon.
Sebentuk kenangan mengenai keringat melarut pada nyaris yang beku bernama ambisi. Kaku. Perasaan tentang usia dan pertanyaan akan manfaat dari kalimat sia-sia atau harapan yang menyetubuhi kemustahilan. Bercinta dengan malam menjadi alasan dari generasi berupa kecemburuan.
 Ada kemarahan yang nyata dari erang sang luka yang sore ini menjadi tamuku. Tapi kemarahan itu terlalu umum untuk mendapat tempat sebagai urusan perseorangan.
 Tata kelola kekuasaan di Indonesia membuatku berada pada status yang bisa membuat orang mengajukan kesimpulan bahwa aku tidak bisa membedakan antara imajinasi dengan kenyataan, antara mimpi dengan hidup sehari-hari. Suatu kesimpulan yang telah memberi hak kepada orang dan kelompok tertentu melakukan kezaliman di luar kewajaran kepada diriku: termasuk dengan melibatkan masyarakat umum dan dengan mengorbankan ketentuan mengenai hajat hidup orang banyak.
Hajat hidup tentu tidak bisa diukur sebatas kebutuhan biologis dalam arti makan dan minum. Hajat hidup juga meliputi pengertian bersama mengenai suasana saling menghormati harga diri dan martabat yang bisa diterima sebagai budaya dalam hidup sosial politik dan sosial ekonomi. Tidak jarang, orang mungkin dalam keadaan lapar tapi dia memilih tidak menerima pemberian makan dari orang lain kalau pemberian itu dipenuhi tendensi berlangsungnya penghinaan.
Tata kelola kekuasaan itu barangkali merupakan bagian yang terlupakan berkaitan dengan  FEODALISME. Ironisnya, bagian yang terlupakan itu justru merupakan yang menyisakan rasa sakit paling nyata. Dan aku tidak mau membuka kamus yang tersedia dalam hal sejarah mengenai rasa sakit itu.
Kalau Indonesia diibaratkan merupakan suatu organisasi ketubuhan, barangkali aku adalah bagian yang diamputasi. Aku adalah suatu lepas: seperti Timor Leste sementara aku masih ada di dalam Indonesia. Terbuang walau aku masih menghadapi keharusan berupa syarat-syarat bahwa hidup tidak bisa dilakoni dengan cuma-cuma.
Hal  berupa kesia-sian tak mungkin aku hitung sebagai salah atau benar untuk suatu alamat yang tertuju langsung kepada Tuhan. Di sinilah, aku bertemu suatu niscaya untuk bertanggungjawab atas pilihan mempertahankan rasionalitas tanpa menjadi abai atas realitas. Ya, aku berada di jalur yang harus mengambil jarak dari IDEALISME baik sebagai sistem aliran kefilsafatan maupun gaya hidup.
Sejarah bagiku seperti wayang dan kartu remi. Dalam wayang: ada punokawan. Himpunan kartu remi memuat empat kartu yang disebut Joker.  Apakah dalang yang melakonkan wayang juga sama dengan mereka yang bersepakat untuk main kartu remi dalam suatu judi?
Kita tentu tidak lupa bahwa prolog terjadinya Perang Baratayudha dalam lakon MAHABARATA adalah perjudian antara anak-anak Pandu dengan mereka yang mengkhianatinya. Sebuah judi dengan kehormatan wanita sebagai taruhan. Mungkinkah kita bisa bergelak dengan tawa yang wajar ketika Punokawan atau Joker akan kita hadapkan dengan ingatan kita tentang Provokator?
Ah, saya mungkin salah. Barangkali saya berbicara melulu kepada Orang Jawa yang memang masih mengenal wayang: itupun dalam hubungan perkenalan yang terkadang merupakan suatu terlalu. Sementara, komik atau kartun adalah suatu perihnya perhatian akibat KH. Abdurrahman Wahid ditenteng di jalanan politik setelah diperkenalkan sebagai berkelakuan seperti Crayon Sinchan.
Mengenai sakit, saya hanya punya catatan seputar persetujuan budaya yang menyatakan bahwa rasa tidak pernah berbohong. Bagi diri kita yang hidup, di manakah rasa yang tidak pernah berbohong itu berada untuk kenyataan bahwa mengenai rasa kita mengenal rasa manis, asin, pahit, dan juga asam atau panas dan dingin di samping misalnya pedas?
Aku berharap bahwa kita bisa menjenguk makanan dan bagaimana kita mendapatkan makanan dalam kaitannya dengan rasa yang disepakati sebagai tidak bisa berbohong itu.



Selasa, 29 November 2011

UPETI DAN KEKIKINIAN BERNAMA GRATIFIKASI

Sementara waktu, pembicaraannya dilakukan sambil mempertimbangkan suatu tinjauan atas "tradisi" dan bahkan norma agama berisi anjuran untuk bersedekah.
Sejauh ini, UPETI tidak tercatat dalam diskursus ekonomi baik yang sifatnya kesejarahan maupun kepahaman berdimensi ideologi-ideologi. Secara permukaan: UPETI sering digambarkan dalam bayangan suatu ULU BEKTI kepada raja dari penguasa-penguasa di bawahnya di era yang termasuk periode PRA_KOLONIALISME/PRA_IMPERIALISME walau ULU BEKTI lebih mirip dengan konsep dan aturan serta bakuan yang hari ini disebut sebagai PAJAK.
Sedekah atau dalam pengertian lain disebut DARMA, juga tidak atau belum tercatat dalam ekonomi. Satu hal amat sangat menyakitkan saya sebagai umat beragama adalah ketika di era kepresidenan Megawatie Soekarnoputri, ada bancakan atas beras yang merupakan sedekah atau darma dari umat Budha dari salah satu negara tetangga yang kemudian ditimbang sebagai barang dagangan berbasis relasi partai-partai yang dioperasikan dengan asosiasi tertentu yang membuat warga NU ketiwasan atau sudah jatuh Gus Dur-nya ketiban pula tangga yang namanya martabat kesosialannya.
Dalam hal itu, barangkali saya sudah tidak hapal buku TASRIFAN secara NAHWU SHOROF. Tapi, saya berlaku sebagai warga NU dalam hal itu.

Minggu, 27 November 2011

REORGANISASI KAPITAL ATAU DEFRAGMENTASI NEGARA?

Saya pertama kali dalam arti saat itu mencoba menikmati rokok adalah hari kedua dari Hari Raya
Idul Fitri yang saya lupa tahunnya tapi yang jelas waktu itu saya masih remaja. saya mengambil sebatang rokok Gudang Garam Djaya (kretek) dari meja ruang tamu orangtua saya yang memang
sebagaimana lazimnya rumah keluarga di kampung saat suasana lebaran atau hari raya "dipenuhi" aneka rupa makanan dan persediaan minuman dan di antara makanan dan makanan itu adalah rokok yang karena ada tamu yang rokoknya tertinggal atau secara sengaja meninggalkan sebagai "semacam" sedekah baik dengan terus terang memberikannya kepada
tuan rumah dalam hal ini orangtua saya atau dengan meninggalkannya begitu saja di meja tamu
sambil berpamitan usai silaturahmi dan ngobrol baik sebentar maupun berlama-lama.
Sebatang rokok Gudang Garam Djaya yang kemasan per bungkusnya berwarna hijau itu lalu saya bawa ke Masjid yang satu halaman dengan rumah saya. Lalu saya bersembunyi di kamar mandi masjid dan menyalakannya serta mulai menghisapnya. Saya terbatuk-batuk dan bersamaan dengan itu lidah saya bertabrakan dengan pahit yang bercampur dengan samar-samar getir.
Ada hal  yang membuat suasana lebaran pada saat itu lingkungan kami di kampung memberi sejenis TOLERANSI bahkan untuk para remaja belasan tahun melakukan rokok kalau menurut tinjauan sekarang yang sifatnya ekonomi adalah bahwa uang saku khusus di hari lebaran sepertinya tidak perlu dihabiskan untuk beli jajanan atau makanan karena toh --sebagaimana halnya memang lebaran-- soal makanan di masing-masing rumah remaja itu orangtua mereka masing-masing sudah menyediakan.
"Psikologi Pasar" sederhana yang berlaku kemudian memang tidak membuat warung jajanan kemudian tutup karena sebagian bagi warung tersebut, itu ibaratnya kesempatan pertama setelah pedagang tidak berjualan secara normal di siang hari selama bulan puasa. Pada kebutuhan anak-anak remaja atau bahkan yang lebih muda, warung-warung itu biasanya menyediakan menu yang lebih bervariasi dari biasanya.
Keadaan teknis dari aktivitas anak-anak dan remaja merokok dalam suasana lebaran juga ada hubungannya dengan kebiasaan daripada perayaan lebaran yang lazim pada saat itu yang terkadang membuat tidak ada bedanya antara yang remaja dengan yang tua yaitu kebiasaan
melakukan kemeriahan dengan PETASAN. Tidak jarang, rokok di tangan anak-anak dan remaja pada hari raya di kampung halaman saya dulu tidak dihisap melainkan dimanfaatkan bara apinya untuk keperluan menyulut petasan tanpa harus berkali-kali menyalakan korek api (waktu itu bisa dikatakan belum ada teknologi KOREK API seperti sekarang yang mengalami praktis dengan penggunaan gas dan yang ada adalah korek api dari kayu atau korek api yang lebih "tua" yang menggunakan bensin dengan sumbu kapas).
Sampai di sini, barangkali Anda berfikir bahwa tulisan di atas tidak nyambung dengan judul yang saya gunakan. Anda tidak salah, karena hubungan itu sifatnya OFF THE RECORD sebagai ungkapan kata-kata akan tetapi bisa Anda temukan sebagai konteks politik Indonesia yang berlaku umum sejak Orde Baru mengkolektifisir narasi melalui film G 30 S / PKI di mana salah satu adegan dari film itu menggambarkan rapat rahasia PolitBiro CC PKI di era 1965-an. Pemimpin rapat dalam adegan itu digambarkan menyampaikan pembicaraan sambil menghisap rokok Djie Sam Soe. dan dengan suara berwibawa mengucapkan kalimat yang mendengung di semesta politik di Indonesia termasuk gerakan bawah tanah yaitu kalimat: JAWA ADALAH KUNCI.
Ringkas kata, bagaimanakah ungkapan JAWA ADALAH KUNCI berlaku atau tidak berlaku ketika urusannya menyangkut hal keadaan dari pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Cakupan periodiknya adalah bahwa film (!) berjudul G 30 S / PKI diputar secara rutin sejak dekade 1980-an sementara dua hal mengenai reorganisasi kapital di satu sisi dan atau defragmentasi negara di sisi lain adalah larutan dari jatuhnya Soeharto tahun 1998 sampai sekarang. 
Demikian, terima kasih. Selamat berkembang.

Kamis, 24 November 2011

SPANDUK-SPANDUK DAN AMBISI

Saya menulis untuk menghindari suatu arahan yang salah di mana gambar lingkungan saya adalah bahwa saya lahir sebagai tukang umpat dengan kebiasaan memaki yang tidak terkendali. Ya. Pelajaran tentang kemarahan dan bagaimana kemarahan diungkapkan sebagai bagian yang tidak bisa dilewati untuk ditemukannya sebab atau alasan kemarahan.
Darah Tinggi sebagai idiom medis dan lingkungan peredaran darah serta sirkulasi oksigen di dalam darah juga organ-organ tubuh yang lain serta bagaimana kita tahun-tahun belakangan ini berada dalam lingkungan menyangkut tren berupa YOGA.
Berbagai hal berkembang dengan bagian awal yang dibicarakan sebagai TERAPI ALTERNATIF di tengah gaya hidup yang kemudian diukur sebagai SEHAT atau TIDAK SEHAT. Di antara konteks yang berkembang seputar hal tersebut adalah ketika salah satu partai di Indonesia menggalang kampanye di Jakarta dalam suatu tajuk yang diwakilkan kepada slogan "ORANG MISKIN DILARANG SAKIT".
KEMISKINAN adalah masalah yang liputannya berupa keadaan struktural dari sistem pembagian kerja dan distribusi modal. Ketika kerja masyarakat dan distribusi modal juga menyangkut nilai ekonomis dari industri medis, slogan itu mengungkap berbagai kegelisahan atas resahnya jiwa pikiran publik mengenai layanan yang bisa dikelola oleh negara dan atau pemerintah atas hajat hidup warganya sampai pada tingkatan yang asasi baik secara biofisik maupun pada ranah psikis.

Selasa, 15 November 2011

PERIKATAAN: OFFICE DAN TITLE

PERIKATAAN: OFFICE DAN TITLE : Universitas di antara fakultas-fakultas. Bahasa Kedokteran dalam Politik atau Istilah Politik dalam Pasar. Kudeta dan pendapat Indonesia men...

QWERTY UNTUK ABCDEF SELAMANYA?

Apakah pengucapan tuts Ctrl dalam keyboard komputer sebagai CONTROL itu sudah sebagaimana adanya yang mesti? Mari kita lihat susunan abjad di dalam keyboard yang masih sama persis dengan tuts alat kantor berupa mesin ketik yang biasa diistilahkan sebagai tombol (dengan tata letak) QWERTY. Apakah ini fungsional, atau merupakan resiko dari sistem Code?
QWERTYUIOP
ASDFGHJKL
ZXCVBNM

ABCDEFGHIJ
KLMNOPQRS
TUVWXYZ

QWERTYUIOPASDFGHJKLZXCVBNM
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVQXYZ
sehingga:
QA
WB
EC
RD
TE
YF
UG
IH
OI
PJ
AK
SL
DM
FN
GO
HP
JQ
KR
LS
ZT
XU
CV
VW
BX
NY
MZ
Bentuk kombinasi tersebut di atas disebut CODE-X-SYMBOL. Liputan dari CODE-X-SYMBOL adalah bidang papar susunan koordinat berbasis kurva (Curve, dalam hal ini C) antara garis vertical dengan garis horizontal. Maka, tuts CTRL dalam keyboard komputer memang suatu singkatan. Akan tetapi, ia tidak melulu final sebagai singkatan CONTROL yang artinya pengendalian melainkan singkatan dari Curve verTical hoRizontal Longitudinal yang membuat C ON  T/ROLL.
Kenapa C on T/ROLL. Mari kita lihat bagian lain dari keyboard yang masih berupa tuts yaitu tuts SCROLL LOCK yang misalkan itu adalah sebuah idiom mencerminkan bentuk otomatik dari yang dalam mesin ketik disebut margin terakhir dari lembar kerja atau kurang lebih ROLL. Sehingga SCROLL juga seperti T/ROLL yaitu S/C/ROLL.
Dengan andaian bahwa terdapat hal itu tentu itu berlaku untuk semua alphabet, sehingga:
A/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
B/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
C/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
D/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
E/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
F/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
G/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
H/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
I/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
J/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
K/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
L/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
M/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
N/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
O/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
P/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
Q/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
R/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
S/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
T/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
U/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
V/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
W/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
X/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
Y/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
Z/ROLL/ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ
Termin yang disebut ROLLING merupakan refleksi dari Cyclical Binary ketika komputer mengerjakan fungsinya dalam rangka TO compute / computing BE.
Penjelasannya terletak pada bagian paling atas dari susunan tombol dalam keyboard yaitu tombol F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F1 F0 F1 F1 F12.
Pertama adalah kuantitas yang dalam hal ini adalah mulai dari satu (1, dalam F1) sampai dua belas (12, dalam F12). Berikutnya adalah kualitas yang dalam hal ini merupakan FACTOR sebagai kepanjangan dari abjad F. Pada tataran inilah terdapat tumpuan komputer berlakunya sebagai mesin.
Uraiannya adalah mengenai arus lemah dan arus kuat yang berlaku sebagai kategori dalam elektronika di mana berlaku ukuran kunci berupa 220V dan 110V.
V untuk VOLTAGE dalam banyak faktor diikuti dengan W untuk WATT. Kebetulan keduanya juga berurutan dalam susunan alphabet. Faktor-faktor ini biasanya merupakan konstruksi dari file-file BIOS yang merupakan gabungan dari paraphrase BI dan singkatan OS di mana BI artinya GANDA dan kepanjangan OS adalah Operating System sehingga BIOS bisa diistilahkan sebagai DUAL OPERATING SYSTEM.
Disebut ganda, karena operasi dasar dari komputer memang merupakan organisasi atas “ruang” dan “waktu” terutama dalam hal bekerjanya memory. Di sinilah, bayangan bahwa komputer adalah suatu Artificial Intellegencia atau kecerdasan buatan menemukan status kritisnya: apakah ini KRONIK atau ANAKRONIK?
Secara kamus, organisasi atas “ruang” dan “waktu” berbicara berdasar JARAK berbanding KECEPATAN di mana “ruang” dalam arti ini menunjuk pada batas yang disebut kapasitas memory komputer sementara “waktu” dalam kesempatan pembahasan ini menunjuk pada durasi atau tenggat waktu sebagai FORMAT dari bekerjanya bagian dari komputer yang disebut Processor di mana berlaku bakuan yang rumusnya adalah: D IS C (D ADALAH C) di mana D = DOT atau titik dan C = COMMAND atau perintah.
Matrik dari D IS C atau D ADALAH C biasanya merupakan kebiasaan berikut ini:
D is C
C on D in C at D
D are C
Mengapa D dan C?
Pertanyaan itu meliputi persamaan dan perbedaan antara / dan ? dalam kasus dua urutan D/C sampai D?C yang mengandung CDDC CCDD DDCC DCCD.

JavaScript dan Tayang Ulang padahal PRIMETIME

Rotor. OTOMOTO MOTOR. Quartz. Rute Backpacking Vaganza zaman Bujangga Manik. Defragmentasi legenda. Interupsi sebagai pendapat kepanjangan. Teater mengenai prologue dan epilogue. Linearnya garis dan spiralnya bentuk. Contraception. BOOT REBOOT. Escape from ABORT within ABANDT.
Gotong royong. Kerja bakti atau kerja paksa: bagaimanakah musyawarah atau pemungutan suara dalam hal LABEL antara MasterDisc dengan SlaveDisc  . Suara dalam pemungutan dan pendapat dalam musyawarah meliputi Analogi Paralel atas termin-termin di bawah ini:
MONADA                                
MONADI
MONADU
MONADE
MONADO
MONIDA
MONIDI
MONIDU
MONIDE
MONIDO
MONUDA
MONUDI
MONUDU
MONUDE
MONUDO
MONEDA
MONEDI
MONEDU
MONEDE
MONEDO
MONODA
MONODI
MONODU
MONODE
MONODO
MANADA
MANADI
MANADU
MANADE
MANADO
MANIDA
MANIDI
MANIDU
MANIDE
MANIDO
MANUDA
MANUDI
MANUDU
MANUDE
MANUDO
MANEDA
MANEDI
MANEDU
MANEDE
MANEDO
MANODA
MANODI
MANODU
MANODE
MANODO
MINADA
MINADI
MINADU
MINADE
MINADO
MINIDA
MINIDI
MINIDU
MINIDE
MINIDO
MINUDA
MINUDI
MINUDU
MINUDE
MINUDO
MINEDA
MINEDI
MINEDU
MINEDE
MINEDO
MINODA
MINUDI
MINUDU
MINUDE
MINUDO
MINEDA
MINEDI
MINEDU
MINEDE
MINEDO
MINODA
MINODI
MINODU
MINODE
MINODO
MUNADA
MUNADI
MUNADU
MUNADE
MUNADO
MUNIDA
MUNIDI
MUNIDU
MUNIDE
MUNIDO
MUNUDA
MUNUDI
MUNUDU
MUNUDE
MUNUDO
MUNEDA
MUNEDI
MUNEDU
MUNEDE
MUNEDO
MUNODA
MUNODI
MUNODU
MUNODE
MUNODO
MENADA
MENADI
MENADU
MENADE
MENADO
MENIDA
MENIDI
MENIDU
MENIDE
MENIDO
MENUDA
MENUDI
MENUDU
MENUDE
MENUDO
MENEDA
MENEDI
MENEDU
MENEDE
MENEDO
MENODA
MENODI
MENODU
MENODE
MENODO
Globe. General. Golf. Par and Hole. Bullet. Number of BAY[o]NET. Dipati Ukur dan underground di Bandung. GrindCore : HardCore.
BlauPunkt ~ BlueBand
BlueBand ~ BlauPunkt
Mengenai patrialisme yang tidak berhenti dengan istilah Ibu Pertiwi tetapi juga menyertakan rangka halaman kertas-kertas yang urutannya disebut dengan istilah Pagina dalam serempet faham dari VAGINA kemudian pena sebagai alat tulis menjadi bagian dari distorsi seputar PHALLUS. Bagaimana kalau kegiatan tulisnya menggunakan komputer?
Istilahnya kemudian tidak diturunkan dari kritisisme ketika memang ada pernyataan bahwa jenis tertentu dari sosialisasi komputer yang terhitung tidak ramah lingkungan karena tidak peka gender  .