api seharum melati semayam di tubuhmu
pagi. ketika nafasmu kau bikin habis untuk bernyanyi
cinta dan ranjang durjana seharga malam
kau biarkan termangu dalam sesal seorang onani
kepada cahaya: aku minta restu untuk menulis puisi
tentang matahari dan tubuh berkaca dari para pekerja
di sawah di ladang juga di kolong-kolong jembatan
siapa gerangan menempa besi menjadi cangkul
di tengah hidup
yang dinasibkan oleh pergaulan bernama komputer
sejarah yang haus
kebudayaan yang lapar
dan aku baru saja sanggup mengingat-Mu kadang-kadang
ada yang salah pada makanan untuk ingatanku
ada yang racun di minuman batinku
Ya Allah: hidup ini pemberian-Mu
beri aku niat untuk menjadi yakin mengimani-Mu
Teluknaga, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar