kabarkan suara ombak
yang selalu berbeda
di tiap deburnya
panas yang keras sepanjang tahun
tak mungkin diadili
dengan sahara hati
tenang dan sayup
seperti nafas
setia menetes hingga keringat
tak menyerah walau hujan
hanya mampir di kelebat mata
tunas bijian palawija
matahari tak pernah menyanyi sendiri
embun bunga kenanga
adalah pintu terbuka bagi kesediaan
mencangkul cahaya sampai dalam
membajak kata-kata hingga benar
semi dari hati
panen keyakinan di musim kawin sapi
biar. biar cakrawala melenguh
seperti gerimis bersenandung
tentang nasi bertulis doa
juga cinta terbukti mata
tak ada risau tumbuh di sini
apalagi kecewa dan putus asa
setiap hari adalah kabar gembira
dan buah manis bibir ikan di samudera
yang tak pernah mengganyang matematika
tapi juga tak punya maksud menyembah angka
batu dan rumput dan dialektika
aku menunggu
rembulan membuka diri untuk rasa nalar
di pangkuanmu
makan siang bungkus daun pisang
nafas kering lumpur ladang
tak seberbahaya debu selingkuh
persaingan mendendam dengki iri
seperti kemarin
kenyang itu juga ingatan
sedang dahaga jiwa
adalah penantian air pecahkan batu
hati mereka
yang melaku penghulu
Wonosari, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar