di cengkeram irama
sepotong lagu menangis
hidup patah dan hilang raya
nafas sepi bibir sunyi
bubur hangat dalam sinetron
membuka khotbah dengan rintihan
merk televisi dan wajah iklan
asing di kapar prime time
batu pecah dan puing kenangan
aku dibesarkan tidak dengan pendidikan
kaca-kaca mata sang lupa
ngungun sendiri dalam jiwa yang debu
ingatan menyerpih
saraf menggantung merk obat
anti
dan resep tangguh pertandingan bantah
di lubuk namamu
aku melihat setapak keinginan
untuk selalu kembali
pada kejujuran tanpa biaya
topeng jiwa tunggang langgang
di sudut zaman
yang sempit namun gaduh
dalam tangis tanpa bata rasa
bertemu dengan tatapan gundah
hati selebriti ingin mati
tak ada hiburan tak juga lawakan
sebab ia menghianati panggilan haji
Yogyakarta, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar