Selasa, 21 Juni 2011

PERJALANAN AIRMATA

sepotong lidah yang mengeluh
matahari
tak lagi berkata-kata
tapi mengutuk para idealis
menjadi gelandangan zaman
membuka mata di ingatanku
tentang cinta diri yang darah
seperti kuasa airmata

tanah air hari-hari
menjadi kuburan peristiwa
di detik lahirnya kata-kata
dongeng indah masa lalu
berarak meninggalkan mimpi
seperti roti yang lebur pada angan
dan anggur mengalir dalam ancam

pulang dari surga
sepi menangis sebab ditinggal airmata
yang pergi jauh menjenguk doa-doa
                                        Banten, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar