tak ada lagi yang bisa dihasut
telah habis semua fitnah
awan pudar
sinar matahari
yang cerdas
melukis cahaya di penampang cair
udara di nafas kita
telah lama sang nasib memberi
jalan
dan rumah
juga sekolah dan tempat ibadah
sementara kita masih saja ribut
siapa yang paling besar
merk kaca matanya
tidur dan jaga
bersama pemandangan hidup
yang terus bergaya dengan
tutur mimpi dan petuah imajinasi
yang nyata dari pikiran kita
tenggelam di palung terdalam
samudera haus dan lapar
perlahan namun pasti
hati telah terik
meranggas di kuyu harapan
yang gagal mendapat keturunan
dari pergaulan dengan semua doa
menjelaga di kuyu harapan
tak ada pelangi di malam yang larut
seperti kenangan mengapur
pada belulang resah ingatan
dan setubuh itu
tak lagi menyisakan ancaman
Teluknaga, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar